(hilda dwi mahardiani dan riska rismawati)
Burung-burung berkicau, embun pagi mengalir dibalik kaca jendela kamar Kim Hae Won. Ia mengusap jendela dengan telapak tangannya yang mungil dan melihat pemandangan pagi di luar sana.
“Andai aku bisa terbang seperti burung itu” ucap Hae Won dalam hatinya.
“tuk...tuk..tuk” seseorang mengetuk pintu kamar Hae Won.
“Hae Won, ini ibu nak” terdengar suara seorang wanita di balik pintu.
“masuk saja bu, enggak di kunci kok” ucap Hae Won dengan suara yang sedikit serak.
“cekiiiiiittt” bunyi engsel pintu berdenyit begitu nyaring. Seorang wanita yang terlihat begitu sangat muda membawakan bubur nasi untuk Hae Won. Hae Won yang sedang duduk bersandar ke dinding diatas kasur itu menoleh ke arah wanita tersebut.
“kamu makan dulu ya nak”
“aku nggak lapar bu”
“ya sudah, ibu nggak akan maksa kamu. ibu taruh saja buburnya di sini ya nak” wanita tersebut menaruh bubur yang ia bawa diatas meja disamping ranjang Hae Won. Ia lantas berdiri dan melangkah meninggalkan Hae Won.
Kim Ki Yang, seorang wanita yang masih bisa dibilang cukup muda, karena usianya baru menginjak 25 tahun. Ia tinggal berdua dengan Kim Hae Won, putri tunggalnya, yang kini menginjak usia 5 tahun. Mereka menumpang tinggal di sebuah rumah kecil milik keluarga sahabat Kim Ki Yang, Lee Min Su , di daerah Mokpo yang sudah lama terbengkalai. Untuk membalas kebaikan Lee Min Su, Kim Ki Yang bersedia untuk bekerja di kedai makanan yang dibuka oleh keluarga Lee Min Su.
Sejak lahir Kim Hae Won menderita penyakit yang cukup parah. Berdasarkan pemeriksaan rumah sakit, fungsi jantung Kim Hae Won tidak seperti orang normal. Ia memiliki jantung yang sangat lemah. Kim Ki Yang merahasiakan penyakit yang diderita oleh putrinya kepada semua orang
“bu..” panggil Hae Won kepada Ki Yang.
Ki Yang menghentikan langkah kakinya.
“apa aku bisa sembuh?” tanya Hae Won.
Mendengar pertanyaan Hae Won,Ki Yang hanya terdiam saja. Terdiam seakan tak mampu untuk bergerak. Matanya mulai berkaca-kaca menahan air mata yang tak ingin ia jatuhkan. Namun, air mata itu pun pada akhirnya menetesi pipinya yang masih begitu mulus.
Tanpa menoleh ke arah Hae Won, Ki Yang menjawab “kamu pasti bisa nak”
Hae Won tersenyum memandangi punggung Ki Yang. Ia kembali berucap
“kalau aku nggak bisa sembuh, mau kah ibu mempertemukanku dengan ayah?”
Namun Ki Yang kembali melangkah dan meninggalkan Hae Won tanpa menjawab pertanyaan darinya.
Hae Won memandangi bubur yang telah disajikan oleh ibunya. Uap masih terlihat diatas bubur tersebut menandakan bahwa bubur itu masih begitu panas.
“buburnya masih panas”
“huuuaaaaam” Hae Won tampak mengantuk. Ia membaringkan tubuhnya yang kecil diatas ranjang. Ia mulai menutup matanya.
Hari ini Ki Yang bermaksud untuk melamar sebuah pekerjaan di toko kaset di dekat rumahnya. Kebetulan toko kaset tersebut membutuhkan karyawan untuk menjaga toko di malam hari.
Rabu, 13 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar