Minggu, 09 Januari 2011

IT'S SEOUL part 2 Kim Ki Yang Bekerja



                                               hilda dwi mahardiani


“Kim Ki Yang, 25 Tahun. Masih cukup muda juga ya. Sudah menikah?” tanya seorang pria yang duduk di kursi dengan tulisan manager di atas mejanya.
“sudah pak”
“anak?”
“sudah pak, sekarang dia berusia lima tahun”
“anda tidak punya ijazah sma?”

“maaf, tidak pak. Tapi saya sudah berpengalaman bekerja selama 4 tahun untuk menjaga kedai makanan milik teman saya pak. Jadi dengan bekal pengalaman itu, saya memberanikan diri untuk melamar menjadi karyawan di toko yang bapak kelola”
“pengalaman anda cukup baik. Ok, saya terima anda bekerja di toko ini. Selamat..”
“terima kasih pak” ucap Ki Yang dengan sedikit menundukkan kepalanya.
Malamnya, Ki Yang memulai pekerjaannya untuk menjada toko. Ia membawa serta Hae Won ke tempat kerjanya.
“Hae Won, kamu tunggu disini saja. Kalau kamu ngantuk, kamu tidur di sofa sana ya”
Hae Won menganggukan kepalanya.
Malam itu, pengunjung toko lumayan banyak. Ki Yang mulai disibukan oleh pekerjaan barunya. Meski waktu telah menunjukan pukul 11 malam, tapi pengunjung toko tetap saja berdatangan. Ki Yang berjaga di toko ditemani oleh rekan barunya Lee Shin Hye dan Choi Kang Hyun. Lee Shin Hye adalah seorang gadis yang usianya lebih muda dua tahun dari Ki Yang, sedangkan Cho Min Hyu adalah petugas keamanan di toko tersebut. Saat ini, Ki Yang bertugas untuk menjaga kasir.
 Waktu sudah lewat dari tengah malam. Suasana toko dan jalan raya didepannya sudah nampak sepi.
“ini, minumlah” Shin Hye memberikan secangkir kopi susu untuk Ki Yang.
“terima kasih”
“gadis kecil itu anakmu ya?” tanya Shin Hye.
“iya.. namanya Hae Won. Oh ya, Aku harus mengecek keadaan dia dulu” Ki Yang menaruh kopi yang diberikan oleh Shin Hye kepadanya.
“tenang saja, dia sedang tidur”
Ki Yang kembali mengambil kopi susu miliknya. Malam itu sangat dingin sekali. Ki Yang menggenggam erat cangkir kopi yang masih panas itu ditangannya.
“anakmu sedang sakit ya?” tanya Shin Hye.
Ki Yang menundukan kepalanya seakan ingin mengucapkan sesuatu namun sedikit tertahan.
“ya sudah, enggak usah di jawab. Lebih baik sekarang kamu temani anakmu didalam kantor. Kasihan dia tidur sendirian. Biar kasir aku yang jaga. Lagian udah lewat tengah malam seperti ini, jarang pengunjung yang datang.”
“apa tidak merepotkan?”
            “tidak.. ayo cepat temani dia”
            “terima kasih banyak ya”
            “it’s ok. Jangan terlalu dipikirkan”
            Ki Yang segera menghampiri buah hatinya yang sedang tertidur di atas sofa. Ia melihat Hae Won yang menggigil karena kedinginan. Ia segera melepas jaket yang dikenakannya dan memakaikannya ke tubuh kecil Hae Won.
            Hae Won terbangun dari tidurnya.
            “ibu sudah bekerjanya?” tanya Hae Won dengan polosnya.
            “belum nak, sebentar lagi ibu selesai. Kamu tidur lagi ya sayang”
            Ki Yang mengangkat tubuh kecil Hae Won dan menidurkan Hae Won diatas pangkuannya. Ia memeluk erat tubuh Hae Won agar Hae Won tidak merasa kedinginan. Lee Shin Hye tersenyum melihat Hae Won yang tertidur diatas pangkuan ibunya.
Kini sudah hampir tiga bulan Ki Yang bekerja di toko kaset itu. Tubuh Ki Yang tampak lebih kurus dari biasanya. Hal itu menyebabkan Lee Min Su menjadi khawatir akan keadaan Ki Yang. Lee Min Su adalah sahabat Ki Yang sejak SMP. Ia sangat dekat sekali dengan Ki Yang dan menjadi teman curhat Ki Yang dikala ia mendapatkan masalah.
“Ki Yang, lebih baik kamu tak usah bekerja di kedaiku ini. Kamu istirahat saja. Lihat dirimu sekarang, kamu menjadi kurus sekali”
“ah masa?”
“iya, menurutku, kamu berhenti saja bekerja di kedai, lagian disini sekarang sudah ada pekrja baru. Kamu urus saja anakmu di rumah”
“tapi nanti aku tidak bisa membayar sewa rumah. Aku tak mau tinggal di rumahmu begitu saja”
“tak apa-apa. Selama hampir lima tahun kamu bekerja disini, kamu sudah membantu banyak. Bahkan kini kedaiku ini sudah membuka tiga cabang. Lebih baik kamu konsen saja di toko kaset.”

 hilda dwi mahardiani


“apa tidak apa-apa”
“ayo cepat sana pulang. Istirahatlah...”
“kalau begitu aku pulang. Terima kasih ya ”
Akhir-akhir ini cuaca di daerah Mokpo lebih dingin dari biasanya. Ki Yang mulai mengumpulkan kayu bakar untuk api unggun di rumahnya. Ia membersihkan arang sisa api unggun beberapa waktu yang lalu. Ketika ia hendak menyalakan api, Hae Won muncul sambil memegang dada sebelah kirinya.
“bu, dada Hae Won sakit”
“ya Tuhan”
Tanpa berpikir panjang lagi, Ki Yang segera membawa dompetnya dan membawa Hae Won dengan sepeda ke Klinik dimana ia biasa memeriksakan Hae Won.
“ sakit bu” rintih Hae Won.
“tahan nak, sebentar lagi kita sampai”
Akhirnya mereka sampai ke klinik. Perawat segera membawa Hae Won ke ruang pemeriksaan.
Dengan hati yang tak tenang Ki Yang terus menunggu anaknya diluar ruangan tersebut.
“ya tuhan, kenapa tiba-tiba Hae Won seperti ini. Semoga tak terjadi apa-apa dengan Hae Won”
Telepon genggam Ki Yang berdering.
“Halo, Min Su.. aku tidak di rumah. Aku,,,aku sedang di klinik. Bukan, aku tidak apa-apa. Tapi Hae Won... nanti aku ceritakan di rumah. Baiklah..terima kasih”
Perawat tadi keluar dari ruang pemeriksaan.
“bu, dokter meminta anda untuk datang ke ruangannya”
“oh iya, terima kasih”
Ki Yang bergegas ke ruangan dokter yang menangani Hae Won.
“Bagaimana Hae Won dokter? Biasanya dia tak pernah seperti ini.”
“tenang, dia tidak apa-apa. Hanya sepertinya dia terkejut dengan sesuatu. Beruntung dia tidak sampai tak sadarkan diri. Jika iya, mungkin akan lebih membahayakan nyawanya.”
“terima kasih tuhan, ternyata tak terjadi hal buruk pada Hae Won”
“oh iya bu, saran saya, lebih baik ibu membawa hae Won ke rumah sakit anak di Seoul. Disana peralatannya lebih canggih, jadi kita bisa tahu apakah terjadi sesuatu yang buruk pada jantung Hae Won. Karena penyakitnya ini jika ters dibiarkan akan semakin parah”
“tapi saya uang darimana dok, saya hanya seorang kasir”
“ini.... surat rujukan untuk Hae Won. Semoga dapat membantu”
“terima kasih dok”
Ki Yang mengambil surat rujukan  tersebut dan meninggalkan dokter diruangannya. Ia kembali menuju ruangan dimana Hae Won ditangani.
“Hae Won, bagaimana keadaanmu”
“udah nggak sakit ko bu”
“baguslah kalau begitu. Lebih baik sekarang kita pulang, karena kata dokter kamu sudah tidak apa-apa”
Malam ini Ki Yang meminta ijin untuk tidak bekerja di toko kaset. Ia masih khawatir dengan keadaan Hae Won. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada Hae Won.
“surat rujukan ini... apa aku harus kembali ke tempat kenangan terburukku?”
Ki Yang memeriksa buku tabungannya di Bank.
“aku hanya punya simpanan delapan ratus tiga puluh ribu won. Apakah cukup.”
Ki Yang menaruh kembali buku tabungan dan surat rujukan yang ia pegang ke lemarinya.
Ia melihat ada yang janggal dalam lemarinya.
“sepertinya ada yang hilang dari sini. Tapi apa ya”
“bu” hae Won tiba-tiba muncul.
“loh sudah malam gini kamu belum tidur sayang?” Ki Yang menghampiri Hae Won dan menggendongnya.
“bu maafin Hae Won ya”
“maaf? Untuk apa?”
“tadi Hae Won udah bikin ibu gelisah”
“enggak apa-apa kok sayang. Semua orang pasti akan gelisah jika sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya”
“bu, ini siapa” Hae Won menunjukan sebuah foto pada Ki Yang.
“ini ibu sama siapa? Sama ayah ya?”
Ki Yang menurunkan Hae won dari pangkuannya. Foto yang warnanya mulai menguning itu memang foto Kim Ki Yang.
“iya sayang dia ayah kamu..” ucap ki yang sambil memeluk Hae Won.
Wajah Hae won yang pucat mendadak berubah menjadi cerah dan ceria setelah mendengar ucapan ibunya.
“sini ibu ceritakan sedikit tentang ayahmu”
Ki Yang menceritakan segalanya tentang suaminya, ayah dari Kim Hae Won. Belum selesai ia bercerita, Hae Won sudah tertidur pulas.
Ki Yang tersenyum menatap wajah putri kecilnya.
“maafin ibu ya nak, baru kali ini ibu bercerita tentang ayahmu.”

0 komentar:

STORY © 2008 Por *Templates para Você*